Pengalaman Spiritual Haji 1427 H
Puji Syukur kami panjatkan pada Allah SWT. yang telah memberi kemampuan kepada saya dan Istri untuk memenuhi panggilanNya melaksanakan ibadah haji di Baitullah dengan selamat dan lancar tanpa ada hambatan mulai dari keberangkatan, pelaksanaan ibadah sampai kepulangan di tanah air.
Haji merupakan rukun Islam ke -5 dan menunaikan ibadah haji merupakan Kewajiban setiap umat islam yang mampu baik secara fisik, harta maupun secara syar’i. Karena tidak semua umat islam mampu melaksanakan ibadah ini, maka dapat menunaikan ibadah haji merupakan satu pengalaman spiritual yang sangat luar biasa dalam menapaki perjalanan hidup sebagai umat islam. Apalagi, ibadah haji tahun ini merupakan haji akbar, disebut haji akbar karena wukuf di Arafah jatuhnya pada hari Jum’at.
Jumlah jemaah haji tahun ini jauh lebih banyak di bading haji biasa ( selain haji akbar ) juta jiwa tumpah ruah di tanah "Haram" pada tahun ini mengakibatkan, kita semakin sadar bahwa ini merupakan sebagian dari tanda tanda kekuasaan Allah SWT sebagai pencipta alam raya semesta. Dan kita sebagai makhluk ciptaanNya dan sebagai hambaNya tak ada yang pantas kita sombongkan. Harta, pangkat , jabatan semua itu dihadapan Allah SWT tak ada artinya yang berarti hanya tingkat ketaqwaannya. Semua itu adalah Amanah dan ujian dari Allah SWT, untuk itu kita harus mampu menjaga amanah itu dalam rangka mendekatkan diri kepadaNya.
Dalam perjalanan ke tanah suci, kita menyadari banyak keajaiban yang terjadi. Salah satunya, pada saat jemaah asal Indonesia ‘kelaparan’ akibat lemahnya kerja katering pemerintah di tanah suci, kami dari Rombongan KBIH Jabal Nur Sidoarjo sama sekali tidak merasa lapar.
Memang kami tidak menerima jatah katering dari pemerintah Indonesia, Atas petunjuk dari Allah SWT sebelum berangkat dari KBIH Jabal Nur ( Tempat saya ikut bimbingan ibadah haji ) memberitahukan kepada kami kalau ada perubahan penanganan catering, dan kemungkinan ada keterlambatan pengirimana ransum, untuk itu kami disarankan agar membawa bekal untuk antisipasi keterlambatan catering tersebut. Selain dari itu Alhamdulillah rizki dari Allah datang dengan tidak disangka-sangka. Bantuan makanan mengalir, baik berupa mie instant sampai roti berdatangan ke Maktab kami datang dari orang yang tidak pernah kami duga sebelumnya.
Dengan pengalaman yang terjadi selama menjalankan ibadah haji ini kami menyadari betul apa yang disebut-sebut orang, Bahwa apa yang akan kita alami di tanah suci merupakan cerminan perbuatan kita sehari-hari.
Setibanya di Madinah (Kami berangkat gelombang pertama jadi dari Indonesia langsung ke Madinah ) kami merasakan rindu yang mendalam terhadap sosok nabi Muhammad SAW. Maka seusai Sholat Subuh di masjid nabawi kami dan teman teman langsung menziarahi makam Beliau dan sahabatnya Abu bakar ra. dan Umar bin khatab ra. Pada waktu dhuha kami masuk masjid lagi dan melaksanakan dhuha dan dapat berdo’a di Roudhoh dengan mudah meskipun sangat padat karena banyaknya jama’ah yang ingin melaksanakan sholat dan do’a di Roudhoh.
Selama 8 hari di Madinah saya bersama teman teman selain melaksanakan ibadah sholat berjama’ah di masjid Nabawi, kami menziarahi makam Baqi’, ke masjid Quba masjid ini merupakan masjid pertama yang dibangun Rosullah SAW ketika tiba di Madinah, barang siapa dari rumah berwudlu dan sholat dua raka’at di masjid Quba ganjarannya sama dengan melaksanakan umroh. Setelah dari masjid Quba kami meneruskan perjalanan ke masjid Qiblatain atau masjid dua Qiblat, karena di masjid ini turun perintah untuk mengalihkan sholat dari menghadap masjidil Aqso menjadi menghadap ke Baitullah. Kami juga menziarahi makam syuhada’ Uhud, yang di situ dimakamkannya Hamzah paman Nabi.. Terakhir kami datang ke kebun dan pasar kurma yang merupakan pusat perbelanjaan oleh oleh kas madinah.
Suhu udara pada malam hari di Arofah , Muzdalifah dan Mina sangat dingin ( ± 7 ° C) dan angin bertiup sangat kencang, pas pada saat itu katering makanan ‘macet’. Otomatis hampir seluruhnya jemaah haji Indonesia tidak mendapat ransum makanan.
Bisa dibayangkan, dengan hanya berpakaian ihram (jemaah laki-laki) seluruh jemaah harus menahan lapar setelah lebih dari 36 jam dan tidak ada orang jualan makanan. Bukan itu saja, air untuk minum juga sangat terbatas. Akibatnya, para orangtua yang telah memasuki usia lanjut banyak yang tidak mampu untuk menjalankan rukun haji dan harus tidur untuk selamanya. Dan alhamdulillah pada saat seperti itu ada kendaraan sabilillah bermuatan makanan datang ke dekat maktab kami dan di bagikan kepada jamaah haji.
Lagi-lagi keajaiban dari Allah terjadi lagi, sesuatu yang sangat berat dan dikawatirkan adalah pada saat melempar Jumrah di Mina pada waktu dhuha karena itu adalah waktu yang afdol sehingga pada saat itu biasanya sangat padat dan banyak korban, saya bersama istri dapat melaksanakan lempar jumroh dengan mudah pada waktu dhuha dan keadaan sangat longgar sekali.
Ibrah atau pelajaran yang dapat saya ambil dari pelaksanaan ibadah haji ini adalah :
1. Ibadah haji adalah sebuah perjalanan napak tilas bapak monoteisme Islam yaitu Nabi Ibrahim a.s. Betapa tidak, ibadah haji banyak diisi dengan manasik yang merefleksikan ketauhidan, pengorbanan dan juga refleksi mahabbah (cinta) kepada Rasulullah saw. Ibadah haji adalah akumulasi dari semua jenis ibadah, baik yang bersifat wajib ataupun sunah.
2. Haji merupakan perwujudkan persaudaraan umat Islam pada khususnya dan umat manusia pada umumnya sebagai manifestasi ajaran tauhid ketika orang-orang dari berbagai penjuru dunia bertamu ke Baitullah, setiap muslim bertemu dan bersaudara dengan muslim lainnya tanpa memperhatikan nasab, asal-usul, pangkat, jabatan, tingkat materi, perbedaan mazhab dan lain-lainnya. Ini tercermin ketika memakai pakaian ihram putih tak berjahit, semua orang memakainya dengan mencampakkan terlebih dahulu semua atribut keduniaan. Tak ada kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, antara penguasa dan rakyat.
3. Haji sebagai kongres atau musyawarah umat Islam internasional. Inilah konferensi tahunan dengan jumlah peserta terbanyak dalam sejarah panggung kehidupan dunia. Jutaan orang berkumpul tanpa perlu diundang setiap tahunnya.
4. Dalam melaksanakan ibadah haji tiap-tiap jemaah harus memiliki kesiapan fisik dan mental yang tangguh dalam menghadapi perbedaan suhu, cuaca (iklim), budaya daerah yang sangat berbeda dengan situasi (iklim) bangsa Indonesia.
5. Yang tidak kalah pentingnya dari ibadah haji adalah makna sosial, yaitu bagaimana para jemaah haji memiliki pengetahuan, pemahaman dan mengaplikasikan pesan-pesan ajaran yang ada dalam pelaksanaan ibadah haji ke dalam konteks kehidupan masyarakat serta dijadikan pelajaran bagi para pelakunya untuk membentuk kepribadian atau moralitas pergaulan antara sesama manusia. Dengan demikian, memahami dan menemukan makna sosial dalam ibadah haji menjadi suatu keniscayaan bagi setiap umat Islam umumnya dan para jemaah haji kususnya.
No comments:
Post a Comment